Oktober 31, 2010

Mari Silaturahmi

السلام عليكم . بِسْــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Di dalam menjalankan perintah Allah SWT pasti ada hikmah dan kebaikan, namun sebaliknya di dalam melanggarnya terdapat bencana dan kebinasaan. Diantara sekian banyak perintah Allah kepada hamba-Nya adalah perintah untuk menyambung silaturahmi atau kekerabatan baik secara umum dengan sesama umat islam ataupun secara khusus dengan keluarga atau famili.

Allah SWT berfirman (yang artinya):
“ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, mendatangi (memberi) kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran “. (QS. An Nahl 90)

Dalam beberapa kesempatan Rasulullah SAW menyampaikan kepada umatnya bahwa mereka harus saling mengasihi, mencintai dan menghargai. Jangan hanya beribadah kepada Allah secara pribadi tapi disamping itu dia menyakiti saudaranya. Sebab tidaklah seorang hamba dikatakan mulia dan benar-benar mantap keimanannya sehingga dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, 

sebagaimana sabda beliau SAW :
“ Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kalian sehingga mencintai saudara (seiman)nya sebagaimana mencintai dirinya sendiri “.

Bukankah kita pernah mendengar satu riwayat, dimana ada seseorang menceritakan kepada Rasulullah Saw bahwa ada seorang wanita ahli ibadah, suka tahajjud dan puasa sunnah tapi disamping itu dia mengganggu tetangganya, sehingga tetangganya tidak merasa aman dari ulah lidah dan tangannya. Ketika mendengar hal ini beliau SAW memberikan komentar dengan sabdanya :
“ wanita semacam itu tidak ada baiknya, dan dia berada di neraka “.

Demikianlah balasan bagi hamba yang sibuk beribadah secara vertikal kepada Allah dengan sholat, puasa dan seterusnya tetapi dia menyakiti tetangga, kerabat dan saudaranya. Sungguh merugilah dia, merasa sangat dekat dengan Allah karena banyak ibadah, padahal sebab keburukannya kepada saudara seiman menjadikan dia jauh dari Rahmat Allah.

Lebih-lebih yang harus kita perhatikan adalah hubungan kekerabatan atau kekeluargaan kita, sebagaiamana kita diperintah untuk menjaga hak tetangga, maka juga harus diperhatikan hak kerabat yang dekat ataupun yang jauh, jangan memutuskan hubungan itu.

Telah datang kepada kita riwayat-riwayat yang membeberkan bagaimana akhlak dan tindakan Rasulullah terhadap tetangga, kerabat atau sahabat beliau secara umum. Bagaimana beliau duduk bersama mereka, bagaimana beliau mengajak mereka dalam satu musyawarah dan seterusnya. Semua kegiatan kemasyarakatan dan tata kramanya sudah diatur dan dicontohkan sedemikian apik dan indah oleh beliau SAW.

Dalam al Quran al Karim Allah SWT menjadikan orang-orang yang suka menyambung kekerabatan(Silaturahmi) sebagai kelompok yang dipilih dan diridhoiNya, Allah berfirman (yang artinya):
“ …Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk “ (QS. Ar Ra’ad 21).

Pada surat yang sama ayat 25 Allah SWT mengancam dan melarang dengan keras pemutusan hubungan kekerabatan (kekeluargaan), Allah berfirman (yang artinya):
“ Orang-orang yang merusak janji Allah SWT setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk ( Jahannam ) “. (QS. Ar Ra’ad 25 )


Keutamaan menyambung rahim
(kekerabatan)



Rasulullah SAW bersabda :
“ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir (dengan keimanan yang sempurna), maka muliakanlah tamunya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka sambunglah rahimnya (kekeluargaannya), dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka berkatalah yang baik atau diam “. (HR. Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah RA).

Pada hadits diatas Rasulullah menjadikan sarana kesempurnaan iman seorang hamba dengan melakukantiga hal tersebut.

Rasulullah SAW bersabda :
“ Kebaikan yang paling cepat pahalanya (diberikan kepada hamba) adalah kebajikan dan silaturahmi dan kejahatan yang paling cepat diberikan hukumannya ialah kedholiman dan pemutusan hubungan kekerabatan “. (HR. Ibnu Majah dari Sayyidah ‘Aisyah RA).

Silaturahmi disini tidak hanya identik dengan mengunjungi kerabat itu saja, tetapi dengan makna lebih luas, yakni berbuat baik kepada mereka, mendatangi dan menggembirakan mereka dengan kedatangan kita, berlaku lemah lembut dan santun terhadap mereka, menjaga hak-hak mereka, menanyakan keadaan mereka dan lainnya sekalipun mereka berada di tempat yang jauh.

Imam Abu Ya’la meriwayatkan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah saw sembari bertanya: “ Wahai
Rasulullah perbuatan apakah yang paling Allah cintai? “
, Rasulullah menjawab: “ Beriman kepada Allah “, dia bertanya lagi :”kemudian apa?”, Rasulullah menjawab:” kemudian menyambung ar rahim (kekerabatan)“.

Begitu pula keutamaan menyambung kekerabatan ialah pelakunya akan dipenuhi Rahmat Allah dan dihisab
dengan hisab yang ringan (mudah), sebagaimana diriwayatkan oleh ath habaraniy, Al Bazzar dan al Hakim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
“Ada tiga perkara, barang siapa melakukannya maka Allah akan menghisabnya dengan ringan (mudah) dan dimasukkanNya kedalam surga dengan RahmatNya”. Sahabat bertanya:” Apakah tiga perkara itu Ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda: “ Kamu memberi kepada orang yang tidak memberi kepadamu, kamu menyambung kekerabatan dengan orang yang memutuskannya denganmu dan kamu memaafkan orang yang mendholimimu “.

 
Di samping keutamaan diatas, orang yang suka bersilaturahmi, menyambung kekeluargaan atau kekerabatan, dia akan diberikan keberkahan pada rizki dan umurnya, yang mana hal ini adalah harapan setiap hamba, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“ Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hubungkanlah kekerabatannya “ (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan An Nasai dari Anas bin Malik RA)



Ancaman dan Balasan pemutus hubungan kekerabatan





Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
“ Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikan telinga mereka dan dibutakan penglihatan mereka.”( QS. Muhammad 22-23 )

Allah akan tulikan telinga mereka dari mendengarkan kebenaran dan Allah butakan matanya dari melihat jalan yang lurus dan petunjuk.

Rasulullah Saw bersabda :
“ Tidak akan masuk surga pemutus (kekerabatan) “
(HR. Bukhori dan Muslim dari Jubair bin Muth’im)

Rasulullah SAW bersabda :
“ Tidak ada satu dosa yang lebih disegerakan hukumannya di dunia kepada pelakunya disamping apa yang Allah simpan untuknya (dari siksaan di akhirat) daripada (dosa) kedholiman dan pemutusan kekerabatan. “ (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Bakar RA.)

Imam Ath Thabaraniy meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah Saw bersabda :
“ …sesungguhnya bau wangi surga akan tercium dalam jarak 1000 tahun, demi Allah tidak akan mendapati bau semerbak surga itu orang yang durhaka kepada orang tua, pemutus kekerabatan, orang tua yang berzina dan orang yang menjulurkan sarungnya (ke tanah) karena angkuh (sombong)“.

Al Imam al Ashbahani dan Bukhori dalam kitabnya Al Adabul Mufrad, menceritakan satu peristiwa dari sahabat Abdullah bin Abi Aufa, dimana Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabat. Tiba-tiba Rasulullah bersabda:” Jangan duduk bersama kita siapa yang memutus kekerabatan”. Setelah itu bangun seorang pemuda lalu menemui bibinya yang dia putuskan kekerabatan dengannya dan meminta maaf, setelah dimaafkan pemuda tadi kembali ke majlis Rasulullah SAW, Rasulullah saw bersabda : “ Sesungguhnya Rahmat Allah tidak akan turun kepada satu kaum sedang diantara mereka terdapat pemutus hubungan kekerabatan “.

Marilah kita renungi, bilamana Rahmat tidak turun kepada suatu kaum atau orang-orang yang duduk dalam satu majelis lantaran diantara mereka terdapat satu orang yang memutus kekerabatan, maka bagaimana pula keadaan pemutus itu sendiri dan bagaimana murka Allah terhadapnya serta bagaimana Allah memutuskannya dari segala kebaikan.

2 komentar:

assyafieq mengatakan...

silaturrahmi merupakan alat untuk membentuk kekuatan suatu bangsa supaya bersatu..

hilm4n mengatakan...

betul banget tuh..thx dah mampir..