April 10, 2010

The Broken Home

Jarum berputar terus... dan terus... seakan sungai yang mengalir memikul perahu beserta penumpangnya..
apa daya ingin berlabu diseberang.. ombak hadir siap menyapa si nelayan kecil..
rindangnya pohon beserta ranting lentik itu.. membawa si nelayan kecil ketepian..
cahaya yang lembut, udara yang ramah, kerikil dan pasir yang berbaur menyelimuti dikala malam datang menyergap..
menyapa ia segera kembali ke dunia fana..
setibanya disana.. gubuk mewah menyambutnya dengan senyum merona.. ia mampir bernaung disana..
seraya berharap ia dapat merawat gubuknya kelak..
telapak kaki mulai nampak dipermukaan menandakan ia ingin menelusuri setiap sudut yang ada..
tak ada album keluarga di sana.. maksud hati ingin tau siapa pemiliknya..
paak..paa..k, buu.. bu...
tak ada musik, tak pula ada sahutan tanda masih ada orang di sana..
setengah jalan ia menyusuri naungannya di masa kecil..
gempa menyapanya.. ia terkejut, berlari keluar menyelamatkan raganya..
tetes air mata yang jadi saksi runtuhnya rumah tersebut.. pondasi yang semula ia anggap kuat.. ternyata hanya gabus semata..
untuk sementara, ia berteman dengan tetes air mata..
entah kapan ia punya keluarga lagi yang tak lagi sisa puing yang ada..

0 komentar: